Perihnya Rasa Rindu

Sejak saat itu,
sejak saat kepulanganku waktu itu,
aku tak bisa berhenti memikirkanmu.

Rindu ini berat.
Sungguh berat.
Terlebih lagi hanya aku yang merindukanmu.
Kau? mana kutahu.

Tak peduli seberapa mencekiknya rasa rindu ini,
tak peduli seberapa banyak air mata yang menetes.
Kau takkan pernah tau situasiku.

Rindu ini tulus, Cinta ini murni.
Aku tak mau merusaknya dengan sesuatu yang kotor.
Aku tak mau kita terjebak dalam percakapan sampah yang tidak tahu kapan akan berakhir.

Aku berdoa pada Tuhan, untuk menyatukan Kau dan Aku.
Sebagai hamba yang lemah, aku tak kuat menahan rasa perih ini sendirian.
Oleh sebab itu, ikhtiar ku adalah dengan berdoa agar kau menjadi milikku.
Entah apa jawabanNya nanti, aku akan tetap setia menanti

Berkali-kali Aku kalahkan nafsuku dengan logika.
"Tidak mungkin dia akan melamarku sekarang, kita masih terlalu muda"
"Tunggulah. Tunggu setidaknya sampai ia lulus"

Aku akan menanti.
Entah siapa yang akan sampai duluan.
Kau, ataukah "Dia"

Entah siapa yang datang pertama
Akan kuanggap itu sebagai jawaban dariNya
Bila kau yang datang, artinya doaku terjawab.
Namun,
Bila "Dia" yang datang, artinya Tuhan menggantikan kau dengan yang lebih baik

Doa-doa yang kupanjatkan,
hanyalah sebuah pelampiasan atas rasa rindu dan cinta yang tak bisa kuangkapkan padamu.
Setidaknya, agar hatiku lebih tenang.
Agar aku merasa "setidaknya aku sudah berusaha"

Demi Tuhan,
Aku tak akan menyentuhmu lagi
Aku tak akan bertukar tatap lagi
Aku tak akan memandangimu lagi
Aku tak akan menyatakan cinta lagi
Sebelum engkau halal bagiku.

Sampai jumpa,
Diujung penantian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertemuan Kedua

Gagal Lagi

New Plan (?)